Watch favourite links

Sulawesi Utara

on Jumat, 26 Maret 2010

KEANEKARAGAMAN HAYATI SULAWESI UTARA

Saat ini, Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo memiliki 257 jenis burung, atau sekitar 65% dari total yang dimililki kawasan Sulawesi (392) dan 16% dari total yang dimiliki Indonesia (±1540). Dari jumlah itu 89 jenis diantaranya (yakni 86% dari 103 jenis) adalah burung-burung yang endemik untuk kawasan Sulawesi, dimana 13 diantaranya tidak terdapat di bagian lain Sulawesi. Satu diantaranya dalah burng hantu mongondow (Ninox ios) yang deskripsinya baru dibuat dua tahun yang lalu.

Kedua propinsi ini juga memiliki keanekaragaman mamalia yang relative tinggi dengan 54 jenis mamalia darat asli, yakni kira-kira 44% dari total yang dimiliki Sulawesi (122) atau 10% dari total yang dimiliki Indonesia (515). Dari jumlah ini, 30 diantaranya (55%) bersifat endemic untuk kawasan Sulawesi, seperti Babirusa (Babyrousa babysussa), Anoa (babulus spp ), serta dua jenis monyet ( Macaca nigra dan M, nigrescens; keduanya endemic untuk kedua propinsi ini ). Sulawesi Utara dan Gorontalo juga memiliki 20 dari 24 jenis kelelawar buah (Pteropodidae) yang terdapat di kawasan Sulawesi; sembilan diantaranya bersifat endemic untuk kawasan Sulawesi; salah satunya adalah kelelawar buah Talaud (Acerodon humilis) yang baru ditemukan ulang belum lama ini. Sampai saat ini kelelawar yang langka ini hanya ditemukan dari pulau karakelang dan Salibabu (Talaud) dan baru enam kali dilihat oleh peneliti.

Dengan adanya sejumlah penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini, pengetahuan kita mengenai keanekaragaman hayati kedua propinsi ini juga diperkaya dengan berbagai informasi baru, tidak tertutup kemungkinan bahwa angka-angka diatas masih akan bertambah di waktu-waktu mendatang. Sejak tahun 1995 sekurang-kurangnya ada empat jenis burung baru yang ditemukan di Sulawesi Utara, tiga diantranya berasal dari kabupaten Sangihe –Talaud. Sementara informasi baru tentang satatus dan penyebaran juga harus ditambahkan untuk kelelawar buah Talaud (Acerodon Humullis) dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii) ini semua dimungkinkan karena masih terdapat banyak daerah yang belum disurvey misalnya pulau-pulau terpencil dan habitat-habitat pegunungan.

Meskipun demikian, ada fakta lain yang juga harus dipertimbangkan dalam melihat keanekaragaman hayati Sulawesi Utara dan Gorontalo saat ini, dari keseluruhan jenis mamalia dan burung yang ada di daerah ini 63 diantaranya tercantum dalam Red Data Book IUCN sebagai “krisis’, “genting” dan “rentan”. Karena penggolongan dalam Red Data Book ditetapkan melalui penilaian terhadap ukuran populasi, penyebaran, ketersediaan habitat serta kecenderungan populasi dalam menghadapi resiko kepunahan nyata. Maka angka-angka diatas memberi cukup gambaran bagaimana ancaman yang dihadapi keanekaragaman Sulawesi Utara dan Gorontalo. Beberapa jenis dari kategori tersebut bahkan telah punah di beberapa tempat sebagai contoh kaktua jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang krisis, saat ini dikhawatirkan telah punah dari Sulawesi Utara karena tidak pernah ada laporan dalam 20 tahun terakhir