Watch favourite links

Mamalia Sulawesi

on Jumat, 26 Maret 2010

YAKI

Yaki ( Macaca nigra )

Yaki atau monyet berjambul Sulawesi merupakan jenis monyet endemic Sulawesi Utara. Populasinya hanya terdapat mulai dari ujung timur laut Sulawesi hingga kedaratan Kotamobagu.
Tubuhnya berwarna hitam seluruhnya kecuali pada bagian pantat yang disebut inchial callosities yang berwarna kemerahan. Panjang kepala dan badan binatang dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya bervariasi antara 4 hingga 11 kg.
Yaki hidup secara berkelompok antara 5 sampai 10 ekor, kelompok yang besar biasanya terdiri atas beberapa pejantan dengan banyak betina dewasa, perbandingannya adalah ssatu pejantan untuk kira-kira 3 ekor betina.

Yaki adalah pemakan buah, disamping juga serangga, tapi buah adalah yang utama. Lebih dari setengah menu hariannya terdiri dari buah-buahan. Buah yang paling digemarinya adalah dari jenis-jenis beringin (Ficus benjamina, F. caulocarpa, F. drupacea), Rao (Dracontomeolon dao) dan Kananga (Cananga odorate) dibagian hutan yang lebh bersemak mereka makan banya buah sirih (piper aduncum) dan serangga. Yaki juga dikenal sebagai penjarah tanaman pertanian yang suka makan jagung, papaya, mangga dan kelapa.
Semenanjung Sulawesi Utara memiliki tiga jenis Yaki, yaitu Macaca nigra ( terdapat di semenanjung utara ), M. nigrescens ( terdapat di daerah kabupaten Bollang Mongondow) dan M. hecki

Status
Diantara tiga jenis Macaca di Sulawesi bagian utara, yaki ( Macaca nigra) adalah yang paling terancam. Mereka paling banyak dijumpai di Cagar Alam Tangkoko-Duasudara, tapi sekarang jumlah mereka dikawasan ini sedang merosot dengan cepat yakni dari 3000 ekor/km2 pada tahun 1980 menjadi 58 ekor/km2 pada tahun 1995 ini berarti hanya dalam jangkawaktu 15 tahun telah menjadi pengurangan sebesar 75%. Di suaka margasatwa manembo-nembo populasi mereka juga menurun. Antara tahun 1988 dan 1995 penurunan yang terjadi sekitar 40% saat ini, jumlah yaki di seluruh Sulawesi bagian utara hanya tinggal 1.000 samapai 5000 ekor.

Ancaman paling utama bagi binatang ini adalah perburuan. Yaki dibur untuk dimakan dalam pesta atau perayaan dan juga dijual di pasar. Pasar-pasar daging satwa liar yang utama terdapat di Imandi, Langowan, kawangkoan, Tompasobaru, Tomohon, Bitung dan Manado. Selain itu yaki juga diburu oleh petani untuk dimakan serta untuk melindungi kebun dari gangguan. Hasil-hasil survey kami di dalam hutan menemukan jerat (dodeso) binatang dimana-mana. Yaki adalah sasaran perangkap yang paling utama karena dagingnya dapat dijual dengan harga mahal.

Saat ini banyak populasi yaki yang terkurung dalam kantong-kantong hutan yang kecil. Populasi yang paling besar terdapat di Tangkoko, manembo-nembo dan Gunung Ambang, sedangkan yang lebih kecil terpencar di hutan-hutan yang lain (misalnya hutan lindung) tapi jumlahnya masih berlum diketahui, sangatlah penting untuk melakukan pemantauan terhadap populasi yang ada dalam hutan-hutan seperti ini

Ancaman yang lain terhadap monyet adalah penangkapan hidup-hidup untuk perdagangan binatang peliharaan . pada tahun 1980 jumlah monyet yang dipelihara di lembah Dumoga mencapai 100 ekor. Memelihara monyet sebenarnya berbahaya bagi manusia karena monyet diketahui membawa virus Herpes Simian type B yang mematikan.